Kemarin ibu saya bilang, beliau melihat ada ular warna hitam masuk rumah. Gak tahu ujung-ujungnya keluar lagi atau tidak, dicari ke sana-sini gak ada. Bisa jadi dia keluar, tapi gak ada bukti, dan bisa jadi dia masih di dalam rumah ini, meksi itu juga sama-sama tidak ada buktinya.
Saya merasa nyawa saya terancam. Jika dia sebenarnya masih di dalam, tinggal di celah-celah sempit atau atap rumah sambil ngemil tikus? Itu artinya sekarang dia hidup nyaman di rumah bersama kami.
Tempatnya hangat, tidak ada yang tahu dia hidup di sini, kebutuhan makan juga tercukupi. Rumah saya juga pencahayaannya bagus. Wah, benar-benar tempat yang nyaman.
Jika suatu hari setelah dia tumbuh besar, kemudian ngesot ke kamar saya dan menggigit saya yang sedang tidur… saya bisa mati saat itu juga. Ancaman kematian makin banyak saja.
Saya berpikir, kalau kejatuhan atap rumah saat gempa, mungkin masih selamat. Terkena serangan jantung karena kebanyakan rebahan sudah coba saya antisipasi dengan olahraga. Tapi bagaimana dengan ular?
Saya kepikiran berhari-hari. Jika saya sedang maksiat, lalu ular yang entah dimana keberadaannya itu menggigit saya, lalu saya mati… mati dalam keadaan maksiat. Betapa buruknya ending kehidupan saya. Tidak seperti yang saya dambakan.
Ini semua karena ular masuk rumah. Tiap jalan di permukaan lantai, yang saya ingat hanya dipatok lalu meninggal. Harusnya ini bisa jadi motivasi untuk terus memperbaiki diri, namun lucunya manusia yang takut mati ini tidak sepenakut itu. Mengecewakan.
Harusnya jangan cuma menyusun rencana cara menghadapi ular itu muncul. Tapi juga mencari cara agar saat dipatok lalu mati, saya mati dalam keadaan baik.