9 Contoh Cerpen Singkat untuk Tugas Sekolah

cerpen

Cerpen adalah cerita karangan pendek yang lebih sederhana dari novel, terdiri dari 500 kata sampai 30.000 kata. Cerpen dibuat dari kisah tidak nyata atau fiksi, tapi tidak melarang Anda jika ingin membuat kisah dari kejadian nyata.

Cerpen memiliki beberapa struktur pendukung, ada abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi dan koda. Namun pada dasarnya struktur cerpen hanya pembuka, pengenalan maslaah, penyelesaian masalah lalu penutup. Struktur dibutuhkan untuk Anda para pemula agar mengetahui bagaimana urutan yang benar. Tapi di dunia cerpenis, Anda tak akan lagi memedulikan struktur. Biarkan pena Anda memulai dan mengakhiri sendiri, mau itu diawali konflik dahulu, diakhiri dengan gantung tidak ada penyelesaian, ahh pokoknya bebas sebebas-bebasnya.

9 Contoh Cerpen Singkat Romantis, Persahabatan, Inspiratif dan Motivasi

Jika melihat pengertian di atas, minimal kita harus membuat cerpen di atas 500 kata. Lalu memperhatikan struktur-struktur tersebut. Tapi jika hal-hal tersebut membuat Anda pusing, atau terlalu mengikat sehingga malah berakhir kebingungan sendiri, maka coba kita sisihkan peraturan-peraturan tersebut. Fokus saja pada imajinasi, bagaimana ia menuntunmu, bagaimana dia ingin memulai ceritanya. Ini fiksi, bebaskan imajinasi Anda sebebas-bebasnya!


Contoh Cerpen 1

Sebuah Lelucon

Orang bijak membuat sebuah lelucon. Teman-teman yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak. Kemudian orang bijak memberikan lelucon lagi. Lelucon itu sama dengan lelucon yang pertama.


Teman-temannya tertawa lagi, tapi tidak seheboh seperti saat ia pertama kali menceritakan lelucon. Kemudian ketiga kalinya dia mengulang lelucon yang sama, tidak ada seorangpun yang tertawa. “Kamu hanya mengulang-ulang kalimat yang sama, sahabatku,” ucap salah seorang sahabat si bijak.

“Dan kamu tidak akan bisa menertawakan lelucon yang sama berulang-ulang. Jadi kenapa kamu selalu menangisi masalah yang sama,” balas orang bijak.


Fin.


Contoh Cerpen 2

Surat Cinta untuk Orang yang Tidak Kucintai Lagi

20 tahun aku hidup, 20 tahun pula aku membiasakan diri hidup dalam cinta diam-diam. Yang setiap hari aku lakukan hanyalah memendam perasaan, memandangnya dari kejauhan, dan jika tidak kuat menahan itu semua, aku akan menulis surat cinta kemudian menyimpan surat itu di laci meja belajarku.

Surat tersebut tidak pernah sampai ke orangnya. Karena terlalu menakutkan bagiku, seorang wanita yang jatuh cinta sendirian, takut bila perasaanku tertolak.

Kini telah terkumpul hampir 13 surat. Namun di sana hanya tertulis 3 orang nama saja. Selama 20 tahun hidup aku menyukai 3 orang pria. Sekarang aku tidak menyukai mereka, karena tidak pernah bertemu atau bertegur sapa. Hatiku kosong, karena lelah merasa perasaanku tertolak walaupun ini hanya tebakan sepihakku. Aku menjalani kehidupan normal sebagai mahasiswa, pagi kuliah, lalu main bersama teman, kemudian pulang. Hidup yang membosankan dan hidup yang hampa karena tidak merasa dicintai oleh siapapun.

“Loh, di mana?” 

Aku terheran-heran saat membuka laci meja belajar. Biasanya ada beberapa potong surat di tempat itu, tapi sekarang tidak ada.

Aku mengedikkan bahu. Mungkin aku lupa menaruhnya. Lalu kulanjutkan mengambil buku catatan yang menjadi tujuan utamaku membuka laci meja belajar.

Ada banyak tugas menunggu. Malam ini mungkin aku akan begadang. Jam berjalan melata, malam berlalu dengan lambat. Saat sedang sibuk mengerjakan tugas, sebuah pesan masuk mengagetkan kehidupanku yang sunyi.

“Hey, apa ini benar-benar kamu yang menulisnya?” Pesan itu mentereng di layar ponsel, lalu disusul kiriman gambar lembaran sebuah surat yang berisi tulisan tanganku beberapa tahun lalu.

Jantungku berhenti berdetak sekian detik. Katakan padaku ini mimpi!

“Kenapa bisa ada di sana?”

“Tanggalnya sudah 5 tahun lalu, haha. Wah, jadi kamu menyukaiku ya dulu,” ucap laki-laki itu melalui pesan singkat. 

“Untung aku masih menyimpan nomormu,” kata pria itu lagi.

Aku benar-benar bingung dengan suasana ini? Sebenarnya apa yang terjadi. Saat sedang bingung, masuklah adikku ke dalam kamar. Dia menatapku sambil tersenyum seram di jam 12 malam begini.

“Hehe. Aku yang mengirimkannya.”

Rasanya ingin menjambak rambut wanita itu. Tapi amarahku berhenti saat sebuah pesan masuk ke ponselku.

“Seharusnya kamu mengirimkan surat ini  dahulu. Karena aku memiliki perasaan yang sama.”

Keterkejutanku tidak berhenti sampai di sini. Muncul lagi 2 pesan dari nomor yang tidak diketahui. 

“Ya ampun, aku terkejut sekali mendapat surat ini. Aku juga menyukaimu! Mari jadian!” Pesan dari nomor tidak dikenal. Lalu disusul jepretan foto surat hasil tulisan tanganku 1 tahun lalu.

“Hai teman masa kecilku.” Pesan yang lain berbunyi seperti ini. Kemudian ia mengirim foto surat yang aku tulis 7 tahun lalu.

Malam ini sungguh mendebarkan. Tapi aku tidak terganggu dengan debaran ini. Rasanya jadi lebih hidup. Aku menutup mataku merasakan suasana malam yang tidak pernah aku sangka akan kurasakan di hidupku yang membosankan. Saat aku membuka mata, hari sudah pagi. Aku bangun dengan senyuman di bibir, ternyata semalam aku tertidur di meja belajar. Cahaya matahari menyinari kulit kusamku yang kelelahan. Saat aku membuka ponsel, tidak ada pesan masuk di sana, niat hati ingin membalas pesan semalam.

Saat membuka laci pun, ternyata surat-suratku masih ada di sana. Serta satu fakta lagi, “Sejak kapan aku memiliki seorang adik?” 

Fin.

Contoh Cerpen 3

Gigi yang Ada di Bawah Bantal

Alkisah, hiduplah seorang anak yang hidup di keluarga miskin. Sehari ia makan satu kali, bukan makanan mewah tapi cukup mengenyangkan daripada tidak makan apa-apa. Ia tidak bisa hidup seperti anak-anak yang lainnya, bahkan ia tidak bisa sekolah dan malah bekerja banting tulang bersama ayahnya memulung rongsokan.

“Aku dapat uang dari peri gigi!” Teriakan seorang anak yang bermain tidak jauh dari anak miskin mengobok-obok sampah.

Samar-samar, ia menguping pembicaraan anak-anak orang kaya dengan pakaian bagus dan mahal itu.

“Kata Mamaku, peri gigi akan memberikan kita uang jika menaruh gigi kita di bawah bantal. Mereka akan datang saat malam hari, lalu diam-diam menaruh uang di sana.”

“Waah, aku jadi ingin mencabut gigiku supaya bisa dapat uang,” ucap teman anak tersebut.

“Peri gigi?” Batin anak miskin yang mendengar pembicaraan tersebut. Dia bisa mendapatkan uang hanya dengan mencabut gigi? Bukankah ini berita bagus, ia tidak perlu susah-susah mencari barang rongsokan lagi.

Sepulangnya dari tempat bekerja, anak miskin dan ayahnya bertemu lalu mereka mengobrol berdua.

“Nak, Bapak dapat tawaran kerja. Gajinya lebih besar daripada memulung, Nak. Nanti kamu bisa sekolah, kita bisa beli rumah yang layak dan mobil.”

“Benarkah, Pak!?” Takjub anak kecil.

“Iyaa, tapi untuk bekerja di sana Bapak harus mendaftar dahulu. Syaratnya harus memberikan uang 500 ribu.”

“Kalau begitu gunakan saja tabungan kita, Pak.”

“Apa tidak apa-apa, Nak?”

“Nanti kita bisa makan nasi dan garam dulu, Pak. Yang penting Bapak bekerja dulu.”

Si ayah mengangguk. Sementara si anak merasa sepertinya penderitaan dalam hidupnya akan segera berakhir. Untuk jaga-jaga, ia juga akan mencari uang. Tapi bukan dengan memulung, melainkan mencabut gigi lalu menaruhnya di bawah bantal.

Anak itu mencabut gigi bagian depannya yang sudah lama goyang-goyang. Darah mengalir deras dari gusi, awalnya sakit tapi seterusnya biasa saja. Ia menaruhnya di bawah bantal, lalu ia tidur di atasnya.

Hari berikutnya, si ayah memberikan kabar terbaru, bahwa “Syarat bekerjanya ternyata tidak cukup dengan uang 500 ribu, Nak. Bapak disuruh mengirim uang 200 ribu sebagai biaya lain-lain.”

“Waah,” si anak merasa sedih dan lega. Ia pikir sedikit lagi ayahnya akan bekerja, tapi ternyata masih belum. Sementara itu, gigi yang ia taruh di bawah bantal belum juga berubah menjadi uang.

“Kalau begitu pakai saja tabunganku, Pak. Tapi baru terkumpul 125 ribu.”

“Terimakasih, Nak. Bapak akan cari sisanya.”

Malam harinya si anak berpikir. Bagaimana cara mengubah gigi ini menjadi uang, “Apa aku harus menaruh lebih banyak gigi?” Kemudian ia mencabut giginya lagi, menaruhnya di bawah bantal.

Sementara itu si kepala keluarga memperoleh syarat lagi dan lagi supaya dia bisa bekerja, “Kirimkan uang 250 ribu untuk biaya seragam.”

Fin.


Contoh Cerpen 4

Seorang Ibu yang Bodoh

Dunia sudah mulai hancur. Banyak orang terkena virus zombie, mereka menjadi tidak terkendali, menyerang manusia-manusia yang sehat lalu menggigit tubuh mereka. Setelah itu manusia sehat itu menjadi zombie seperti mereka.

Saat orang-orang sedang sibuk menyelamatkan diri sendiri, ada satu wanita yang gelisah dan ingin sekali keluar dari rumahnya yang nyaman untuk pergi keluar menerjang zombie-zombie. Wanita itu adalah seorang ibu anak satu, ia seorang diri di rumah, seharusnya ada anaknya, tapi anak itu hilang entah kemana.

Wanita itu menatap para zombie dari balik kaca rumahnya. Jumlah mereka banyak, jalannya terpincang-pincang, mulut bersimbah darah, tubuhnya perlahan membusuk dan baunya sangat tidak sedap. Dulunya mereka manusia, sayang sekali dalam sekejap berubah begitu saja karena digigit satu orang zombie.

Di tengah situasi mencekam ini, lelehan air mata memang sulit ditahan. Tekanan yang dihasilkan membuat depresi dan putus asa bersamaan. Seperti yang wanita itu rasakan. Seharusnya dia tenang-tenang saja karena di rumahnya ini 100% aman, makanan pun tersedia banyak, memiliki cukup banyak air, kurangnya anaknya tidak ada.

Setelah berpikir panjang, wanita itu bertekad, akan keluar dan mencari anaknya yang hilang. Pertama-tama, dia mempersiapkan dirinya sendiri dengan baju tempur yang ia pikir aman dari gigitan zombie. Ia melapisi tubuhnya dengan lakban, menempelkan karton bekas ke tangan, perut dan kaki. Sentuhan terakhir, dia mengambil senjata berupa gagang sapu yang ia asah menjadi tombak tajam.

Wanita itu menarik napasnya gugup. Tangannya sekarang sudah siap memegang gagang pintu, ia tarik kenopnya lalu keluar dan berlari ke ujung seberang jalan adalah tujuannya saat ini. Tangannya bergerak pelan menarik gagang pintu. Udara luar mulai masuk ke dalam rumah, udaranya menghempas ke wajahnya yang mengintip dari celah-celah pintu.

Para zombie hilir mudik di depannya. Ada waktunya di mana depan rumahnya sepi dari lalu-lalang zombie, maka ia pun gunakan waktu itu untuk keluar dari rumahnya.

“Sekarang!”

Wanita itu berlari kencang keluar rumah, lalu menuju seberang jalan di mana mobilnya terparkir. Saat berlari itu muncul pertanyaan di otaknya, tahukah dirinya lokasi dimana anaknya berada? Tapi pertanyaan itu ia hapus karena ingin fokus menyelamatkan diri dulu. Kini ia disibukkan oleh kegusaran bahwa ada satu zombie berdiri di belakang mobilnya. Zombie yang mencium bau darah segar manusia pun mendekat, diikuti oleh zombie-zombie lain.

Wanita itu dengan cepat membuka mobilnya, sayangnya satu zombie tersebut telah berdiri di depan pintu, menghalanginya lalu berjalan tertatih-tatih ke arahnya. Zombie yang lain mulai mendekat, wanita itu memutuskan melupakan mobilnya dan berlari dari kejaran zombie.

Setelah puas berlari-lari, kini rasa lelah memenuhi dadanya. Sesak, jantung berdebar kencang, dan tidak ada ruang bagi udara masuk-keluar dengan nyaman.

“Aaaaaarrgh!” 

Seorang zombie menangkapnya, diikuti dengan zombie lain. Mereka menggigit leher wanita itu secara brutal. Lalu wanita itu pun berubah menjadi zombie. Beberapa hari setelah wanita itu menjadi zombie, anaknya datang ke rumah. Pria berusia hampir 30 tahun berpenampilan berantakan, baju robek-robek, wajah kotor penuh daki itu membuka pintu dengan tergesa. Saat sampai di dalam, ia mencari keberadaan ibunya. Tapi tidak ada ibunya di sana.

Fin.


Contoh Cerpen 5

Insecure

Wanita cantik itu adalah temanku, namanya Amel. Dia cukup populer di sekolah, banyak laki-laki menyukainya, tapi sebagian kaum hawa menjadi membencinya karena kepopulerannya tersebut. Di sini aku adalah satu-satunya sahabat dekatnya, dia banyak cerita padaku, berkeluh kesah padaku dan bersandar padaku.

“Aku jelek ya, Sri? Kenapa mereka jelek-jelekin aku terus.”

Dia cantik. Amel sangat cantik. Tapi karena banyak yang membencinya, jadinya banyak orang berbicara buruk padanya.

“Tidak, Mel. Kamu cantik banget.”

“Tapi kata mereka wajahku terlalu putih pucat seperti vampir dan berminyak.”

“Tidak, Mel. Wajahmu putih segar, mata mereka saja yang salah.”

Tiada hari tanpa Amel berkeluh kesah. Kalau dipikir-pikir lagi, aneh juga. Wajahku yang tidak secantik dirinya saja bisa lebih bersyukur dan tidak insecure. Sementara si pemilik wajah yang hampir mendekati sempurna itu malah yang sering insecure. Wanita cantik yang insecure di depan wanita yang tidak secantik dirinya, huh? Ah, tapi bukan masalah, siapapun bisa insecure, bahkan orang cantik sekalipun.

Hari berikutnya Amel mendatangiku lagi, lalu menuturkan keresahan hatinya.

“Aku jelek ya, Sri? Kenapa katanya wajahku terlalu lebar dan tidak simetris?” Tanyanya sambil mematut diri di depan kaca.

“Mereka cuma iri saja padamu.”

“Huh, aku harap juga begitu. Padahal wajahku tidak lebar. Bikin kepikiran saja.”

Hari berikutnya Amel curhat lagi.

“Aku terlalu pendek ya, Sri? Katanya aku seperti kurcaci.”

“Tinggimu 159 dan itu sudah cukup dikatakan ideal sebagai tinggi wanita Indonesia. Malah kamu jadi kelihatan imut, Mel karena tinggi badanmu.”

“Iyaa, aku pikir juga begitu. Dasar, mereka benar-benar iri dengan kehidupanku.”

Beberapa hari berikutnya, Amel menelponku di tengah malam sambil nangis-nangis. Saat bicara, isakannya terdengar mengganggu. Pasti rasa sakitnya luar biasa sakit sampai membuatnya kesusahan berbicara seperti ini.

“Sri, katanya bibirku aneh, hitam, gelap, dan menjijikkan kalau tidak memakai lipstik. Padahal aku cuma memakai lipstik tipis-tipis, kenapa mereka jahat sekali.”

“Ya ampun, bibirmu itu pink merona Mel. Tidak ada tuh warna hitam. Jangan dengarkan hinaan mereka. Sudah tenang saja.”

“Aku capek, Sri. Lelah hidup bersama orang-orang macam mereka.”

“Kamu orang tercantik di dunia ini, Mel. Seperti artis Korea, kamu tahu dengan Jennie Twice? Kecantikan kalian itu hampir mirip. Pokoknya cantik.”

Aku berusaha memujinya habis-habisan agar hinaan-hinaan yang dia dapatkan ia lupakan. Karena kupikir saat itu ia sangat membutuhkan sebuah pujian.

“Sikapku buruk ya, Sri?” Siang itu Amel menghampiriku saat istirahat sekolah datang.

“Tidak. Kamu baik.”

“Tapi aku tidak bisa memiliki teman.”

“Kan ada aku.”

“Tidak cukup, Sri. Aku ingin seperti orang-orang, punya teman lebih dari tiga lalu membuat squad, kalau dibayang-bayang lucu juga ya.”

“Ah, iya. Lucu dan seru,” ucapku.

Amel menundukkan kepalanya. Dia menatap kaca di genggaman tangannya lagi dan lagi.

“Kata mereka, sikapku buruk sekali. Padahal aku sudah berusaha sabar saat mereka menjelek-jelekkanku.”

Aku menarik napasku lalu mengeluarkannya kasar. Menyebalkan ya lama-lama melihat Amel terus mengeluh seperti ini. Aku harus apa agar keluhan seperti ini berhenti dalam waktu beberapa minggu atau sebulan. 

“Amel, dengerin aku,” ucapku. 

Kali ini aku akan membuat Amel menjadi manusia paling percaya diri sedunia.

“Kamu tahu Ketua OSIS? Si primadona sekolah, cewek pintar, cantik, tinggi, jago olahraga dan imagenya sangat bagus di mata anak cowok dan cewek? Dia sebenarnya tidak ada apa-apanya dibandingkan dirimu.”

“Benarkah, Sri?”

“Kamu cuma kalah tinggi badan. Dia terlihat lebih mandiri, dan kamu terlihat lebih imut. Bagaimanapun juga laki-laki lebih menyukai wanita imut seperti dirimu. Selain itu, sifat Ketua OSIS itu tidak begitu bagus. Dia sombong, kasar dan soal fisiknya, kulitnya tampak berminyak sekali. Jelas banget dia memakai make up tebal, pasti di balik make up itu dia menyembunyikan jerawat-jerawatnya yang menjijikkan.”

“Intinya, kamu lebih baik daripada dia,” lanjutku.

Amel terlihat cukup tenang sekarang. Dia menyukai pujianku ini, aku menerbangkannya habis-habisan. Tapi beberapa jam setelah mengatakan ini aku merasa sedikit menyesal, karena aku terlalu menjelek-jelekkan Ketua OSIS padahal dia tidaklah seburuk itu. 

“Toh Ketua OSIS tidak akan tahu apa yang aku bicarakan.”

Namun dugaanku salah. Tiba-tiba pagi itu aku mendapatkan tatapan tajam dari orang-orang. Lebih mengejutkan lagi saat Ketua OSIS melirikku tajam saat kami berpapasan. Lalu kulihat Amel bergerombol dengan wanita-wanita yang kuketahui dulu membencinya. 

“Tidak baik menjelek-jelekkan orang, Sri. Wajah tidak seberapa, tapi hinaannya selangit.” 

Fin.


Contoh Cerpen 6

Pria yang Tidak Takut Pada Apapun

Tersiar kabar psikopat gila sedang berkeliaran di kota. Para polisi berusaha menangkapnya, tapi kerja mereka sangat tidak becus. Sudah seminggu pembunuh itu berkeliaran, ada lebih dari 5 korban yang terbunuh, polisi tidak jua mampu menangkapnya.

Aku matikan berita yang muncul di televisi malam itu. Kecewa dengan polisi, kasihan para warga yang dihantui rasa takut dan kecemasan. Aku sih tidak masalah, jika psikopat itu muncul di hadapanku, aku tidak akan pernah takut, dan malah dia yang takut padaku.

Tidurku malam ini terasa begitu nyenyak. Mimpiku malam ini sangat indah, membuatku tidak ingin bangun saja. Namun tidurku terasa terusik oleh karena bau aneh yang masuk ke hidungku. Baunya busuk, seperti bau tikus yang tidak pernah mandi seumur hidupnya. Saat aku membuka mata, tampak seorang pria asing berdiri di depanku sambil memegang pisau. 

“Kaget ya? Kaget ya? Haha.”

“Kamu psikopat di berita itu?” Tanyaku.

“Iya, kenapa? Takut ya?” 

Psikopat berbeda dengan pembunuh. Mereka sangat menyukai ekspresi ketakutan korbannya, mereka membunuh tanpa alasan jelas, lebih-lebih karena alasan menyenangkan.

Aku bangun dari tidurku, lalu berjalan santai ke sisi tembok untuk menghidupkan lampu.

“Lihat, wajahku, apa aku ketakutan?”

Dia kini melihat wajah datarku dengan jelas. Dia sedikit terkejut, “Jangan menahannya, kau ingin teriak kan,” begitu ucapnya.

Aku duduk santai di sofa di kamarku. Menyilangkan kaki lalu memangku kepalaku dengan sebelah tangan. Aku sempat menguap juga karena ngantuk.

“Masuklah ke toilet, aku akan menunggumu di luar. Hahaha.”

“Bicara apa sih? Ngang ngong ngang ngong tidak jelas.”

“Berani kau padaku!?”

“Malam-malam datang tanpa diundang, lalu mengganggu tidurku. Haaah, tidak menarik sekali.”

“Aku sudah membunuh 6 orang minggu ini. Ditambah kamu jadi 7.”

“Terus?”

“Aku akan membunuhmu.”

Pisaunya teracung ke arahku. Kini beberapa sentimeter pisau itu menembus jantungku. Tapi dia menahannya, lalu melihat wajahku yang hampir tidak berekspresi. Aku di sini hanya menunjukkan ekspresi ngantuk.

“Sial! Tidak menyenangkan sekali!” Umpatnya tiba-tiba. Lalu dia keluar dari rumahku lewat jendela yang terbuka. 

“Dasar orang aneh. Tapi dia benar-benar menyebalkan karena mengganggu tidurku.”

Kuputuskan untuk mengikutinya. Aku mengambil sebuah pisau dari dapur, aku ikuti dia dari belakang. Dia berjalan tenang di malam yang sunyi, dia benar-benar tidak memperhatikan sekelilingnya. Merasa sangat aman begitu? Sampai tidak menyadari bahwa aku mengikutinya.

“Hari ini bunuh siapa ya? Terlalu susah mencongkel jendela rumah orang,” katanya. Aku tepat di belakangnya sekarang. Aku bisa mendengar jelas apa yang dia gumamkan.

“Sebaiknya kau mandi, baumu busuk sekali,” ucapku di samping telinganya.

Dia terperanjat kaget. Secepat kilat membalikkan badannya, menatapku dengan matanya yang membola. Tak lama ekspresinya berangsur tenang. Orang seperti dia memang sangat mustahil terkejut dalam waktu lama.

“Apa yang kau lakukan? Kau mengikutiku? Wah berani sekali. Sudah bagus aku tidak membunuhmu.”

“Haha, baiklah. Aku akan pulang.”

***

Aku pulang dari kerja jam 3 pagi lagi. Saat melalui jalan setapak, mataku memperoleh perhatian di pojok sampah di sebuah gang sempit. Tamao sebuah pergerakan, lalu aku mendekatinya, ternyata di sana ada seseorang. Wajahnya tidak asing, ternyata dia psikopat waktu itu yang berniat membunuhku.

Dia tidur seperti gelandangan, terkapar di lantai beton yang dingin dengan sekelilingnya dipenuhi sampah berserakan. Aku jongkok di depannya. Lalu tersenyum lebar tepat di depan wajahnya yang tertidur pulas. Tak lama dia terbangun lalu terperanjat kaget.

“Ah, sial!” Dia menjauh dariku, memegangi jantungnya yang sepertinya berdebar kencang.

“Ah siaaaaaal!” Teriaknya lagi. Sepertinya jantungnya masih berdebar hebat. Dia memukul dadanya beberapa kali, menatapku penuh kebencian kemudian berlari menjauh dariku.

“Hey, mau kemana?” Aku mengejarnya. Dia makin kencang berlari. Malam itu kami kejar-kejaran.

“Hahahahaha,” tawaku nyaring. 

Dia makin kencang berlari di area yang sangat kukenali ini. Aku mengambil jalan pintas, berakhir dengan kami bertemu di seberang jalan lain. Lagi-lagi dia terkejut.

“Siaaaaal!” Teriaknya. Sepertinya dia lelah berlari, psikopat itu mengambil pisaunya yang ditaruh di saku celana, kemudian mendekatiku lalu berusaha menikamku dengan pisaunya, tapi sebanyak apapun dia menusukkan pisaunya ke tubuhku, tidak akan membuatku mengucurkan darah, karena yang dia tusuk selama ini hanyalah angin.

Fin.


Contoh Cerpen 7

Gadis Buta 

“Mari menikah denganku,” ajak seorang laki-laki kepada gadis buta. 

“Ti-tidak mau!” 

Beruntungnya wanita itu. Meskipun matanya tidak bisa melihat, tapi ada seseorang yang mau menikahi dirinya. Namun sayangnya, gadis itu terlalu minder untuk menerima kebaikan seseorang.

“Kenapa, Sayang? Aku mencintaimu dengan setulus hatiku, aku akan membahagiakanmu nanti. Apa yang kamu khawatirkan?”

“A-aku tidak bisa menikah denganmu karena aku buta.”

“Apa masalahnya? Aku tidak masalah memiliki seorang istri yang buta.”

Dari lahir sampai 25 tahun usianya, gadis itu tidak pernah melihat dunia. Dia tidak tahu bagaimana penampakkan dari sebuah gunung, tidak tahu bagaimana warna biru, merah, kuning dan putih, yang ia tahu hanya warna hitam. Ia juga tidak tahu bagaimana wajah kekasihnya, kedua orang tuanya dan wajahnya sendiri.

“Aku hanya akan memberatkanmu, aku tidak mau.”

“Jadi kamu mau menikah denganku jika kamu sudah bisa melihat lagi?” 

Gadis itu mengangguk, “Bersabarlah, tunggu sampai ada mata yang siap didonorkan padaku.”

Tak lama setelah lamaran itu, si gadis mendapatkan kabar gembira bahwa seseorang mendonorkan mata padanya. Operasi berjalan sempurna, hari ini ia akan melepas perbannya dan melihat bagaimana rupa dunia yang ia tinggali selama 25 tahun ini. 

Pertama kali ia membuka mata, yang ia lihat adalah seorang dokter yang tersenyum. Awalnya mereka terlihat buram, tapi lama kelamaan semuanya menjadi jelas. Ia bisa melihat ayah dan ibunya, dan melihat seorang pria yang … baru saja memperkenalkan diri sebagai kekasihnya.

“Jadi Sayang, mari kita menikah.”

Gadis itu tiba-tiba menggeleng. Tapi si pria tidak mengetahuinya.

“Aku bertanya-tanya selama ini kenapa kamu bisa menerimaku setulus itu. Ternyata kamu bernasib sama sepertiku, kamu buta.”

Pria buta itu mimik mukanya langsung sedih. Apa ini penolakan?

“Tapi sayang,” ucap si pria buta.

“Pergi, dan tinggalkan aku sendiri.”

Si pria menunduk sedih. Air matanya mengalir, meski ia tidak memiliki mata tapi tetap ada airnya. Dia menangis tersedu-sedu, lalu keluar dari ruangan tersebut. Sebelum keluar, dia mengatakan sesuatu kepada kekasihnya yang sekarang sudah membuangnya. 

“Semoga kamu bahagia dengan mataku.”

Fin.


Contoh Cerpen 7

Pria Bisu yang Jatuh Cinta dengan Gadis Buta

Alkisah, di suatu negeri hidup sepasang sahabat antara pria dan wanita. Mereka berteman saat usia masih balita. Awal berteman, hanya muncul rasa sayang antar sesama sahabat, tapi makin dewasa perasaan itu berubah menjadi rasa cinta. Entah ini dirasakan oleh mereka berdua, atau hanya salah satu. Yang jelas, si pria benar-benar jatuh hati kepada si wanita. Namun ia tidak bisa menyatakan perasaannya, karena keadaan yang memprihatinkan.

Si pria bisu, sementara si gadis buta. Dia kesulitan memberitahu perasaannya kepada si gadis. Jika ia menuliskannya, gadis itu tidak bisa melihat, jika ia memberikan bahasa isyarat, gadis itu juga tidak bisa melihatnya. 

Ia mencoba menuliskan huruf-huruf yang jika disusun menjadi kalimat, “Aku mencintaimu.” Tapi si gadis tidak mampu memahaminya.

Setiap hari mereka menghabiskan waktu bersama dengan menyenangkan. Cukup sulit menjelaskan bagaimana cara mereka bersenang-senang, yang jelas mereka berdua bahagia bersama.

“Apa kau lapar?” Tanya gadis buta.

Si pria mengangguk, tapi gadis buta tidak melihatnya. Maka dari itu, selain mengangguk si pria juga menepuk bahu kanan si wanita. Menepuk bahu kanan berarti iya, menepuk bahu kiri berarti tidak.

***

Pria bisu berjalan dengan riang ke rumah temannya. Di tangannya memegang buku dan pensil. Saat bertemu dengan temannya, ia menuliskan beberapa kata di dalam buku tersebut.

“Tolong bantu aku,” baca si teman.

“Mau dibantu apa?” Tanya si teman.

Pria bisu menulis beberapa kata lagi.

“Tolong beritahu aku bahwa aku menyukai gadis buta,” begitu tulisnya.

Si teman pria bisu tertawa terbahak-bahak. “Jadi kamu jatuh cinta padanya, lucu sekali. Hahaha.”

“Tolong bantu aku,” tulis si pria bisu.

“Bukankah lebih baik kau beritahu sendiri.”

Tak lama kemudian si teman pria bisu tertawa terbahak-bahak lagi. “Ah, maaf, aku lupa kau bisu. Hahahahaha.”

“Kau bisa menciumnya. Dengan begitu dia akan tahu perasaanmu.”

Pria bisu menggeleng.

“Itu tindakan mesum,” begitu tulisnya di buku.

“Oke, baiklah. Aku akan beritahu wanita itu mengenai perasaanmu.”

Kemudian mereka bertemu dengan gadis buta. Si teman agak gugup saat berhadapan, karena meski gadis itu memiliki kekurangan yang luar biasa fatal, tapi ia memiliki kelebihan, mata putihnya yang buram tampak begitu indah, meski tidak berfungsi tapi itu sangat cantik. Cara gadis itu memandang juga meneduhkan, meski kenyataannya dia buta.

“Hey, aku menyukaimu,” kata si teman pria buta gugup.

“Ini siapa?” Tanya gadis buta.

Si pria bisu senyum-senyum bahagia.

“Ini aku, teman pria bisu. Aku menyukaimu, mari berpacaran.”

Si pria bisu menunda kebahagiaannya. Ada yang aneh, kenapa temannya tidak mewakilinya, kenapa seolah-olah dia mengutarakan perasaannya sendiri.

“Baiklah, ayo.”

Pria bisu mengamuk. Dia berteriak, menangis, air matanya banjir, tapi tidak ada yang bisa mendengar suaranya karena dia bisu.

“AAAAAAARGHH, BRENGSEEEEK!” Teriak pria bisu dari dalam hati.

Fin.


Contoh Cerpen 8

Keledai Bodoh

Di punggung seekor keledai ada dua buah karung berisikan garam. Garam-garam itu akan dijual ke pasar. Sebelum itu, mereka harus melewati perjalanan yang cukup jauh. 

Penjual garam dan keledai melewati jalan setapak di tepi pantai, saat asyik berjalan, tiba-tiba keledai tersandung sebuah batu karang, kemudian dia terjatuh, membuat garam-garam yang ada di punggungnya terkena air laut lantas garamnya menghilang karena mencair bersamaan dengan air laut tersebut. 

Saat keledai bangun, punggungnya terasa lebih ringan karena garam-garamnya telah hilang. Dia merasa senang, karena tidak perlu merasa lelah lagi.

Keesokan harinya, dia menjatuhkan dirinya lagi. Garam-garam itu berjatuhan, lalu hilang terkena ombak air laut. Karena garamnya hilang hanyut bersama air laut, jadilah beban berat tersebut hilang. Ia mengulangi trik yang sama berkali-kali. Lama kelamaan, penjual garam mengetahuinya, dia ingin memberikan pelajaran setimpal kepada keledainya yang licik tersebut.

Di hari berikutnya, penjual garam memasukkan kapas ke dalam kantong yang biasanya diisi dengan garam. 

Keledai melakukan trik yang sama, saat melewati laut, ia berpura-pura jatuh. Kantong-kantong berisi kapas itu terkena air laut. Bukan ringan lagi yang dia harapkan, kali ini malah berkali-kali lipat terasa lebih berat. Keledai sangat menderita, di sini ia mendapatkan pelajaran penting. Di hari berikutnya, dia tidak berpura-pura jatuh lagi saat membawa garam.


Fin.


Contoh Cerpen 9

Sahabat Terbaik

Dua orang pria berjalan melalui padang pasir. Di beberapa titik mereka bertengkar, berdebat, beradu mulut dan puncaknya salah satu dari mereka menampar wajah karena saking kesalnya.

Pria yang wajahnya ditampar jongkok lalu menulis di atas pasir, “Hari ini sahabatku menampar wajahku.”

Mereka melanjutkan jalan lagi. Tapi sebuah pasir hisap mengganggu perjalanan. Pria yang tadi mendapat tamparan di wajahnya terhisap pasir, ia tidak bisa keluar dari sana, tapi sahabatnya membantunya dengan melempar sebuah tali. Setelah beberapa menit berjuang dengan saling tarik menarik, pria yang tadi ditampar akhirnya bisa diselamatkan.

Pria itu menulis sesuatu di atas batu, berbunyi seperti ini, “Hari ini sahabatku menyelamatkan hidupku.”

Pria yang menampar wajah temannya sekaligus orang yang telah menyelamatkan temannya kemudian bertanya, “Setelah aku menyakitimu, kamu menulis di atas pasir, lalu sekarang setelah aku menyakitimu, kamu menulis di atas batu. Kenapa?”

Lalu dia menjawab, “Ketika seseorang menyakiti kita, kita harus menuliskannya di pasir di mana angin pengampunan dapat menghapusnya. Tapi, ketika seseorang melakukan sesuatu yang baik untuk kita, kita harus mengukirnya di batu di mana tidak ada angin yang bisa menghapusnya.”

Fin.


Cerita ini sebagian adalah tulisanku, sebagian lagi adalah cerita yang aku temukan di internet lalu aku ceritakan kembali dengan caraku sendiri. Terimakasih sudah membaca.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *